Rabu, 07 Desember 2011

Dunia Maya

Siapa sih
yang tidak kenal dengan jalinan
pertemanan dunia maya ? Sejak
era Friendster (jejaring sosial
pertama yang saya ikuti) yang di
'kudeta' oleh Facebook,
bermunculan situs-situs
pertemanan maya. Entah produk
luar, entah produk lokal (produk
lokal juga ada...yang karya anak
SMP).
Esensinya, semua sebenarnya
sama. Membuat jalinan
pertemanan, entah itu sudah
kenal secara fisik (mungkin
teman jaman TK/SD/SMP/SMA
atau bahkan teman kuliah dan
atau mantan kekasih/mantan
selingkuhan...wkwkwkw) atau
bahkan sama sekali belum kenal.
Bedanya, di jejaring sosial ini
tidak terbatas oleh ruang dan
waktu. Yang penting akses
Internet saja dan punya akun
salah satu jejaring sosial.
Nah, beberapa pengalaman
sendiri dan orang lain yang saya
dapat dari cerita orang tersebut
atau pun berita di media,
misalnya :
1. Tertipu. Bukan judul lagunya
Nugie, tapi memang tertipu.
Entah materi entah perasaan.
Terakhir adalah tertipunya
seorang dokter wanita di Sleman
(mungkin karena mengalami
euforia dapat kenalan bule atau
karena kekurangtahuan tentang
etika ber Internet). Dia rela
melakukan chat with kamera
(menggunakan Skype) dengan
pose yang diminta partner
bulenya itu. Disuruh
melongo...mau, disuruh
nari..mau..bahkan disuruh bugil
dengan aksi yang diinginkan
sang bule juga mau. Sampai
mentransfer sejumlah uang
dengan iming-iming barang juga
mau....alhasil deh, kosong semua.
Baca di sini. Mungkin yang
konyol adalah tertipunya seorang
hidung belang yang memesan
PSK dari Facebook. Saat dibuka
profilnya memang seorang
perempuan, cantik, putih dengan
keseksian yang tidak kalah
dengan Syahrini. Terjadilah deal
melalui nomer yang memang
diberikan di profil perempuan itu
dan disepakati transaksi
dilakukan disebuah hotel di
Jogja. Kenyataannya, yang datang
adalah seorang perempuan
dengan kulit hitam dan (menurut
dia) wajahnya menghilangkan
nafsu syahwatnya yang telah
meninggi saat menunggu.
2. Perselisihan. Pertemanan di
dunia maya ternyata bisa
merembet pada perselisihan
relasi dunia nyata..bukan hanya
rusaknya pertemanan, tapi
sampai pada rusaknya hubungan
cinta (pacar bahkan rumah
tangga). Di sebuah kota di Jawa
Tengah, sebuah contoh kasus
kecil dimana sang suami harus
berurusan dengan kepolisian
karena merasa istrinya diganggu
oleh teman di facebooknya, lalu
terjadi 'penculikkan fajar' (kaya
film Serangan Fajar) yang diakhiri
dengan penganiayaan terhadap
teman istrinya itu.
3. Perjodohan. Nah, ini yang happy
ending. Selamat deh yang
akhirnya menemukan jodoh
lintas kota, lintas pulau bahkan
lintas benua...tentunya dengan
pertimbangan yang lebih karena
partner yang akan diajak berelasi
serumah seumur hidup tidak
dikenal secara fisik.
4. Bisnis. Ada yang baik ada yang
menipu. Pintar-pintar saja
melakukan transaksi atau
jujurlah untuk berbisnins melalui
sistem on line. Yang pasti, online
shop barang elektronika dan
gadget masukkan dalam daftar
hitam kecuali sistemnya ada
barang, ada uang ada orang
(bahasa Jawanya cash on
demand)
Dan masih banyak contoh lagi
baik negatif maupun positif.
Ada beberapa hal yang mungkin
dilupakan atau tidak disadari
oleh para onliners yang
berkomunikasi di jejaring sosial.
Beberapa diantaranya :
1. Terekspos. Memasang status
yang bersifat pribadi yang
sebenarnya tidak perlu di ekspos.
Misalnya, kesal dengan orang
tuanya karena tidak diberi apa
yang diminta, atau memaki
pasangan (pacar/suami/istrinya)
di status/ocehan twit-twit. Masa
seluruh dunia diberi tahu kalau
orang tuanya bangsat ? Tega ?
Baru tidak dibelikan hp/laptop
saja sudah begitu....
2. Masuk ke dalam komunitas.
Ingatlah, bahwa dengan memiliki
teman yang dikenal secara fisik
maupun hanya maya, kita sudah
masuk ke komunitas. Relasi di
dunia maya esensinya tidak jauh
beda dengan dunia nyata.
Jangan tersinggung saat kita
memposting sesuatu yang tidak
layak, lalu ada yang
mengingatkan kita. Budaya Barat
dan Timur masih bisa dirasakan.
Ada contoh seorang pelajar dari
sebuah sekolah di Jogja. Kadang
rajin memposting kata-kata
inspiratif dari ayat kitab suci,
namun kadang memposting
cacian. Saat diingatkan,
jawabannya mencerminkan
kelabilan mentalnya. "Siapa elo ?
Reseh !!!"
3. Tidak perlu kenal fisik. Ya,
pemikiran saya bahwa dunia
maya tidak perlu kenal fisik. Jika
di dunia nyata kita diajar untuk
bertemanlah sebanyak-
banyaknya, dari latar belakang
apa pun, dari tempat mana pun.
Apa salahnya berteman di dunia
maya dengan banyak jumlahnya.
Saya kenal atau tidak toh bukan
masalah. Inilah Internet. Kalau
hanya berteman dengan teman-
teman kerja, teman-teman
sekolah/kuliah dulu....ngapain
pake Internet ? Mending pake
kentongan....
4. Kejujuran. Walau harus dengan
bijak untuk memberikan data
pribadi, paling tidak untuk data-
data yang universal (kota asal,
kota tinggal atau profesi) tidak
perlu dipalsukan. Tinggal di
Wonosari, nulisnya di Paris.
Kenapa gak sekalian di Somalia
saja bareng dengan perompak.
Sekolah di Klaten, nulisnya di
Michigan University.
5. Waspada. Kadang terpesona
dengan postingan seseorang
yang bijak dan menginspirasi.
Kalau sebatas dengan
postingannya pasti aman. Tapi
sampai terpesona buta dengan
yang memposting ? Wah ini
bahaya jika tidak hati-hati.
Mungkin benar mungkin tidak
opini-opini tersebut. Tapi paling
tidak intinya adalah BIJAKSANA
dalam mengapresiasi situs-situs
jejaring sosial. Baik buruknya
bukan oleh akibat, tapi oleh
penggunanya. Haram atau
tidaknya bukan karena efek, tapi
niat pengguna itu sendiri yang
menentukan.
Maaf jika ada yang tidak
berkenan. Atau jika ada yang
mau menambahkan/
koreksi...silakan. Dengan hati
terbuka eh...maksudnya dengan
lapang dada walau kerempeng
akan saya terima.
Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar